PERAN ABUYA TANAH MERAH
DALAM PENDIDIKAN DI ACEH
SINGKIL/SUBULUSSALAM
Oleh :
Ust.H.Qaharuddin Kombih, S.Ag
Pada Haul ke 4 Abu Tanah Merah Aceh Singkil
1.
PERANAN ULAMA DALAM MASYARAKAT
Ulama menduduki posisi penting dalam masyarakat
Islam. Ulama tidak hanya sebagai figur ilmuan yang menguasai dan memahami ajaran-ajaran
agama, tetapi juga sebagai penggerak, motivator, dan dinamisator masyarakat ke
arah pengembangan dan pembangunan umat.
Prilaku ulama selalu menjadi teladan dan panutan Ucapan ulama selalu
menjadi pegangan dan pedoman. Ulama adalah pelita umat dan memiliki karisma
terhormat dalam masyarakat. Penerimaan atau penolakan masyarakat terhadap
suatau gagasan, konsep atau program, banyak dipengaruhi oleh ulama. Peran ulama bukan hanya pada aspek ibadah mahdah, memberikan fatwa atau
berdo’a saja, Tetapi juga mencakup berbagai bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, dsb, sesuai dengan ke konprehensif-an ajaran Islam itu sendiri.
2.
PERAN ULAMA DI ACEH
Pada masa Kesultanan Aceh, Ulama Aceh
Darussalam menduduki posisi signifikan, sebagai penasihat Sultan terutama
dalam urusan keagamaan atau setidaknya sebagai rujukan umat melalui karya
tulisnya.
2.1. HAMZAH al-FANSURI ( Wafat
sebelum 1607)
Hidup di tiga zaman, yaitu masa Sultan Alaidin
Riayat Syah IV Saidil Mukamil (1589-1604) sampai masa Sultan Iskandar Muda
Meukuta Alam (1607-1636)
2.2.
SYAIKH ABD ar-RAUF as-SINGKILI ( 1615 – 1693 )
Menjadi Qadi Malikul ‘Adil dan penasihat empat
orang sultanah Aceh, yaitu Sultanah Sri Ratu Tajul Alam Safiyatuddin Johan, Sri
Ratu Nurul Alam Naqiyatuddin, Sri Ratu Zakiyatuddin Inayat Syah, dan Sri Ratu
Kamalat Syah.
2.3.
SYAIKH M.WALI al-KHALIDI (1917-1961)
Ulama besar Indonesia, Pimpinan Pesantren
Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan sebuah Pesantren terbesar pada waktu itu.
2.4.
SYAIKH BAHAUDDIN TAWAR ( ABUYA TANAH MERAH 1927-2008 )
Sebelum terjun sebagai pendidik, beliau terlebih
dahulu sebagai anak didik (SR 1939-1942, Pesantren Darussalam 1945-1957)
2.4.1. MADRASAH KUTA NIOKH/SEPING (1957-1962)
Tekad baik dan keikhlasan mendirikan Madrasah ini
membuktikan bagaimana kecintaan Abuya Tanah Merah terhadap dunia pendidikan.
2.4.2. PESANTREN DARUL MUTA’ALLIMIN TANAH MERAH (1962-Sekarang)
Setelah mendapatkan berbagai tantangan di Kuta
Niokh tempat kelahiran beliau sulit untuk diatasi, beliau memutuskan pindah ke
Tanah Merah dengan niat membangun sebuah Madrasah yang merupakan lanjutan dari
madrasah sebelumnya.
Ketulusan hati
beliau ini membuktikan bagaimana sikap pantang menyerah dalam sebuah
perjuangan. Saya teringat sebuah sya’ir lagu yang kerap beliau perdengarkan “Jangan
surut ditengah jalan walaupun penuh dengan rintangan” barangkali juga
beliau mengikuti jejak nabi kita Muhammad saw yang hijrah dari Makkah ke Yasrib
(Madinah).
Perjuangan beliau
yang pantang menyerah ini, mengantarkan Pesantren Daru al-Muta’allimin Tanah
Merah semakin dikenal oleh masyarakat bukan saja wilayah Singkil akan tetapi
sampai ke Kabupaten terdekat.
Salah satu upaya
yang dilakukan oleh beliau untuk menarik minat orang tua untuk mendidik anaknya
di Pesantren tersebut, adalah dengan tidak mengutif uang SPP berbeda dengan
yang kita rasakan sekarang ini. Beliau hanya menerima shadaqah padi dari
wali santri yang ikhlas dan tidak merupakan sebuah keharusan.
Kendati
perkembangan Pesantren ini semakin tahun menampakkan kemajuan yang signifikan,
namun beliau tidak terpaku hanya sampai disini akan tetapi terus melanjutkan
perjuangan dengan mendirikan Madrasah-Madrasah dibeberapa Desa diwilayah
Singkil. Beliau datang ke Desa-Desa walau tanpa undangan dari desa yang
bersangkutan
2.4.3. PERKEMBANGAN PESANTREN/MADRASAH
Sejak tahun 1957
sampai sekarang, paling tidak ada 11 Pesantren dan 90 Madrasah yang berhasil
didirikan berkat gagasan beliau walaupun sebahagian sudah tidak aktif lagi.
Pesantren dan Madrasah tersebut tersebar di Kec.Sp.Kiri 57 buah, di Kec.Sp.Kanan
33 buah, Kec.Singkil 8 buah, Kec. P.Banyak 1 buah dan Sumut 2 buah.
PENDIDIKAN
UNTUK ORANG TUA
Karena perhatian Abuya Tanah Merah begitu besar
terhadap dunia pendidikan, terhadap orang tuapun terjamah juga oleh beliau
melalui ibadah suluk yang dibuka beberapa hari tidak saja di Pesantren Daru
al-Muta’allimin tapi dibuka juga dibeberapa Desa.
Didalam ibadah
suluk bukan saja dilatih dan diajari bagaimana cara mengingat Allah (zikru
Allah) akan tetapi dimanfa’atkan juga belajar syari’at Islam walau tidak
menggunakan pena dan kertas, yang pada intinya belajar tentang ibadah mahdhah
dan ghairu mahdhah
Dari pemikiran dan
upaya berilian beliau terhadap dunia pendidikan, telah menghasilkan ribuan
alumni bahkan tidak sedikit yang sempat mengecap pendidikan sampai memperoleh
gelar sarjana yang bekerja ditengah-tengah masyarakat dan pemerintah.
Dari uraian
singkat diatas, tidak bisa dipungkiri bahwa abuya Tanah Merah sangat berperan
didunia pendidikan lebih khusus pada pendidikan agama Islam untuk menciptakan
manusia yang berilmu dan beramal (al-Ulamu al-Amilin).
ass.tgk...sehat....ijin share da
BalasHapusSilahkan...
HapusPosting Komentar